Memahami Diri dan orang lain Dalam komunikasi Antar pribadi
Diri pribadi adalah suatu ukuran kualitas yang memungkinkan seseorang untuk dianggap dan dikenali sebagai individu yang berbeda dengan individu lainnya. Kualitas yang membuat seseorang memiliki kekhasan sendiri sebagai manusia ini, tumbuh dan berkembang melalui interaksi sosial, yaitu berkomunikasi dengan orang lain. Individu tidak dilahirkan dengan membawa kepribadian.
Pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang juga harus menyadari apa yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran terhadap diri pribadi ini pada dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri.
Persepsi Terhadap Diri Pribadi (self-perception)
Proses psikologis diasosiasikan dengan interpretasi dan pemberian makna terhadap orang atau objek tertentu, dikenal dengan persepsi. Menurut Fisher, persepsi didefenisikan sebagi interpretasi terhadap berbagai sensasi sebagai representasi dari objek-objek eksternal, jadi persepsi adalah pengetahuan yang dapat ditangkap oleh indera kita, karenanya persepsi mensyaratkan:
1. adanya objek eksternal yang dapat ditangkap oleh indera kita.
2. adanya informasi untuk diinterpretasikan.
3. menyangkut sifat representatif dari penginderaan.
Karenanya persepsi tidak lebih dari sekedar pengetahuan mengenai apa yang tampak sebagai realitas bagi diri kita. Realitas yang kita persepsikan seringkali adalah yang paling jelas, pribadi, penting dan terpercaya bagi kita. Sementara indera kita punya keterbatasan, karenanya bisa jadi pengetahuan yang kita simpulkan bukanlah suatu kenyataan yang sebenarnya.
Sifat-sifat persepsi
Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan didalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka apa yang mudah menurut kita belum tentu mudah bagi orang lain, atau apa yang jelas menurut orang lain mungkin terasa membingungkan bagi kita. Dalam konteks inilah kita perlu memahami sifat-sifat persepsi:
1. persepsi adalah pengalaman.
Untuk memaknai seseorang, objek atau peristiwa kita menginterpretasikannya dengan pengalaman masa lalu yang menyerupainya. Pengalaman menjadi pembanding untuk mempersepsikan suatu makna.
2. persepsi adalah selektif.
Kita melakukan seleksi pada hal-hal yang kita inginkan saja, sehingga mengabaikan yang lain. Kita mempersepsikan hanya yang kita inginkan atas dasar sikap, nilai dan keyakinan yang ada dalam diri kita, dan mengabaikan karakteristik yang berlawanan dengan keyakinan atau nilai yang kita miliki.
3. persepsi adalah penyimpulan.
Mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses induksi secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Artinya mempersepsikan makna adalah melompat pada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data sesungguhnya, tapi hanya berdasar penangkapan indra yang terbatas.
4. persepsi tidak akurat.
Setiap persepsi yang kita lakukan akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, selektivitas dan penyimpulan. Semakin jauh jarak antara orang yang mempersepsi dengan objeknya, maka semakin tidak akurat persepsinya.
5. persepsi adalah evaluatif.
Persepsi tidak pernah objektif, karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek yang dipersepsi. Kita cenderung mengingat hal-hal yang memiliki nilai tertentu bagi diri kita (bisa sangat baik atau sangat buruk). Sementara yang biasa-biasa saja cenderung kita lupakan dan tidak bisa diingat dengan baik.
Beberapa Elemen Persepsi
1. sensasi/penginderaan dan interpretasi.
Ketika individu menangkap sesuatu melalui inderanya (melihat, mendengar, mencicipi, membau dan meraba) maka secara simultan ia akan menginterpretasikan makna dari hasil penginderaan.
2. Harapan.
Kita cenderung untuk mendengar apa yang kita harapkan untuk didengar dan melihat apa yang kita harapkan untuk dilihat.
3. bentuk dan latar belakang (figure & ground).
Persepsi mencakup pembedaan antara informasi yang menjadi figure (informasi yang dianggap penting/relevan) dan informasi yang menjadi background (informasi yang kurang penting/relevan).
4. perbandingan.
Orang biasanya ingin meyakini kebenaran persepsinya. Caranya adalah dengan melakukan perbandingan berdasarkan pengalaman yang pernah dialaminya.
5. konteks.
Seperangkat fenomena yang mendasari suatu objek untuk dimaknai.
Kesadaran Pribadi (self-awarness)
Identitas diri adalah cara-cara yang kita gunakan untuk membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Dengan demikian diri adalah suatu pengertian yang mengacu pada identitas spesifik dari individu. Fisher menyebutkan ada beberapa elemen dari kesadaran diri, yaitu konsep diri, self-esteem, dan multiple selves.
1. konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Umumnya orang menggolongkan diri sendiri dalam tiga kategori;
a. karakteristik atau sifat pribadi adalah sifat yang dimiliki, seperti fisik (laki-laki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb). Atau kemampuan tertentu (pandai, pendiam, rajin, cermat dsb)
b. karakteristik atau sifat sosial, misalnya introvert atau ekstrovert, ramah atau ketus, periang atau pendiam.
c. peran sosial, contohnya ayah, ibu, guru, militer, polisi
2. self esteem, merupakan bagian yang inherent dari konsep diri. Self esteem kita adalah bagian dari interpretasi atau penyimpulan dari persepsi diri. Self-esteem berpengaruh pada perilaku komunikasi kita. Jika self-esteem kita tinggi, biasanya kita lebih percaya diri, mandiri dan merasa kompeten.
3. multiselves. Setiap kita kadang memiliki identitas yang berbeda dalam berbagai situasi atau kondisi. Misalnya di kelas sebagai guru, di rumah sebagai ayah.
Memahami orang lain dalam komunikasi
suatu interaksi komunikasi melibatkan dua orang, akan terdapat dua pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dari diri orang yang menjadi lawan bicara kita. Walau pun bukan hal mudah, ada tiga jenis informasi yang dapat kita gunakan untuk tujuan itu :
1. menyusun mekanisme proteksi, yaitu kita ingin mengetahui apa yang diharapkannya melalui komunikasi dengan kita.
2. melakukan pemahaman terhadap tujuan orang, kita dapat mengevaluasi kesungguhan atau akurasi dari penampilannya.
Setiap individu melakukan itu dalam rangka mencapai dua tujuan, yaitu mengurangi ketidakpastian dan perbandingan sosial. Ketika pertama bertemu dengan seseorang maka sejumlah pertanyaan muncul dalam diri kita. Selanjutnya kita akan berkomunikasi untuk mendapatkan sejumlah jawaban terhadap sejumlah pertanyaan. Jadi dalam tahap awal komunikasi antarpribadi, kita akan berusaha mengurangi ketidakpastian yang kita rasakan. Upaya ini pada dasarnya merupakan proses pemaknaan, yaitu menghilangkan makna-makna yang tidak sesuai hingga tersisa makna-makna yang kita anggap sesuai.
Perbandingan sosial adalah proses membandingkan diri kita dengan orang lain. Festinger mengatakan biasanya orang melakukan evaluasi diri, yaitu suatu cara untuk mengetahui diri kita sendiri (konsep diri). Selain itu juga kita ingin mengetahui bagaimana menilai diri kita (self esteem). Ketika melakukan perbandingan sosial, kita cenderung untuk membandingkan dengan yang setara. Artinya kita cenderung tidak melakukan evaluasi diri secara objektif, meskipun demikian ini merupakan cara yang sehat untuk menjaga kestabilan konsep diri dan self esteem.
Persepsi Terhadap Orang lain
Proses mempersepsi orang lain mencakup persepsi terhadap karakteristik fisik dan perilaku komunikasi orang tersebut. Steve Duck mengemukakan 3 hal berkaitan dengan itu :
1. perilaku tersebut mungkin terasa menyenangkan bagi kita, karena biasanya kita suka dengan senyuman dan pujian.
2. perilaku tersebut memberi informasi yang kita gunakan untuk membentuk semacam kesan mengenai kondisi internal seseorang (kepribadian, nilai, sikap, keyakinan).
3. perilaku seseorang dapat memberikan perkiraan mengenai kelanjutan hubungan di kemudian hari.
Perilaku Terhadap orang lain
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif, kita berharap untuk dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap diri kita. Kita menginginkan orang lain memiliki penilaian yang baik terhadap diri kita, paling tidak memiliki kesan bahwa kita konsisten dengan tujuan kita berkomunikasi dengannya. Kita dapat berharap bahwa prang lain dapat menjadi teman, pimpinan, pasangan dan berbagai peran sosial lainnya. Meskipun kita tidak bisa mengendalikan persepsi orang seperti yang kita mau, namun kita dapat mengarahkan persepsi mereka sesuai yang kita harapkan. Beberapa konsep yang menjelaskan itu antara lain :
1. impression management. Erving Gooffman mengemukakan bagaimana setiap orang dalam kesehariannya memainkan macam-macam peran kepada orang lain. Tindakan itu sesuatu yang alamiah dan wajar dalam melakukan interaksi sosial. Konsep ini memandang KAP sebagai sebuah drama atau sandiwara. Sebagai partisipan dalam komunikasi kita bukan saja aktor tapi juga penulis skenario yang menulis naskah drama kehidupan nyata kita.
2. rhetorical sensitivity. Dikemukakan oleh Rod Hart dan Don Burks, yang mengacu pada kualitas persepsi yang didasarkan atas kemungkinan-kemungkinan. Menerapkan konsep ini berarti peka terhadap diri sendiri, peka terhadap situasi, dan terutama peka terhadap orang lain. Tindakan ini mencakup pemilihan perilaku komunikasi yang sesuai bagi kombinasi antara diri kita, orang lain, dan situasi tertentu selama kegiatan KAP. Dengan kata lain konsep ini melakukan adaptasi terhadap sejumlah kemungkinan. Terdapat 5 karakteristik dari konsep ini:
a. mampu menerima kompleksitas pribadi.
b. Menghindari sikap kaku/keras dalam berkomunikasi dengan orang lain.
c. Menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
d. Meyadari kapan harus berkomunikasi dalam berbagai situasi yang berbeda.
e. Menyadarai pesan dapat disampaikan dalam berbagai cara untuk menyamapikan suatu maksud.
3. atributional respons, merupakan cara lain penggunaan proses atribusi melalui perilaku kita sebagai reaksi atas tindakan orang lain. Setiap tindak komunikasi dalam percakapan dapat menyertakan ekspresi atau pernyataan atributif.
4. konfirmasi antar pribadi.
by : Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.
Referensi:
1. Sasa Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2. John Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
3. Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey, 1996.
KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
A. Pengertian
Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999).
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
1. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;
2. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.
B. Faktor-faktor pengaruh
Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal.
Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
c. Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
a. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
b. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi. Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut.”
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu: a. Percaya; b. sikap suportif; dan c. sikap terbuka.
Daftar pustaka
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication, Belmont, California: Wadsworth Publishing Company.
Komunikasi intrapersonal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komunikasi intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif [1].
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini [2]
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).Daftar isi
1 Elemen-elemen konsep diri
1.1 Konsep diri
1.2 Karakteristik sosial
1.3 Peran sosial
1.4 Identitas diri yang berbeda
2 Proses pengembangan kesadaran diri
3 Catatan kaki
4 Referensi
Elemen-elemen konsep diri
Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
Karakteristik sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini mempengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
Peran sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
Identitas diri yang berbeda
Identitas berbeda atatu multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita (meta persepsi).
Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri)
Contohnya saat orang gemuk berusaha untuk menjadi langsing untuk mencapai gambaran tentang dirinya yang ia idealkan.
Proses pengembangan kesadaran diri
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu yang bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi biasanya lebih mandiri.
Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi. Dalam interaksi, reakasi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita, dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan, mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktivitas pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia lakukan [3]
Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya, bila ia mengalami kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial saja saat itu, atau kekalahan itu adalah kesalahan orang lain. Sementara seseorang yang pesimis akan melihat sebuah kekalahan itu sebagai salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan mempengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah seseorang yang pesimis akan menyerah lebih mudah.
Perwujudan diri (becoming self). Dalam perwujudan diri (becoming self) perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis, melainkan terjadi tahap demi tahap melalui aktivitas serhari hari kita. Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit untuk dirubah secara drastis.
Contoh, bila kita mencoba merubah pendapat orang tua kita dengan memberi tahu bahwa penilaian mereka itu harus dirubah - biasanya ini merupakan usaha yang sulit. Pendapat pribadi kita akan 'siapa saya' tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan dengan waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula kita.Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Catatan kaki
Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius
S. Djuarsa Sendjaja, P.D dkk. Teori Komunikasi-ikom4230/3SKS/ Modul 1-9. Universtas Terbuka 1998.
Piglet, Jean. Konstruksi realitas melalui mata anak kecil. Penerbit: Free Press, New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar